Sobat sekalian, sebelum membahas tema diatas mari kita niatkan untuk selalu membagikan info atau berita gembira untuk saudara seislam kita agar dapat selalu bermanfaat
dan tersebar ke banyak kalangan. In sya Allah manfaatnya bisa dirasakan
ribuan atau bahkan jutaan orang. Semoga.
Nah, sekarang kita ngomongin pembahasan sesuai judul ya. Bro en Sis, kepribadian Islam atau syakhsiyyah islamiyah
kita itu nggak bisa dinilai langsung dari pakaian yang dikenakan, lho.
Sebab, itu cuma aksesoris dan bisa dipake untuk nipu bin ngibulin orang.
Tapi standar penilaian kepribadian Islam adalah pemikiran dan perasaan.
Pemikiran dan perasaan Islam ini akan tergambar dalam sikap dan
perbuatan. Itu udah pasti. Sebab, yang namanya tingkah laku pasti
ngikutin pemikiran dan perasaan. So, kalo pemikiran dan perasaannya udah islami, insya Allah perbuatan dan tingkah laku juga bakalan islami.
Itu sebabnya, kalo ada akhwat yang kepribadiannya udah islami, maka
bukan saja ia gemar mengenakan jilbab dan kerudung, tapi juga pemikiran
dan perasaannya senantiasa berdasarkan ajaran Islam. Beda banget kalo
yang cuma nyadar dengan simbol doang, tapi belum mantap pemikiran dan
perasaannya. Mungkin cuma seneng pake kerudung doang tapi pemikiran dan
perbuatannya nggak mencerminkan seorang muslimah. Iya nggak sih? Tetot,
jangan bengong. Buktinya, banyak tuh di lingkungan sekitar kita yang
begitu penampilannya. Tugas kita yang tahu, ya mengingatkan dan
menyadarkan. Salah satunya dengan membagikan artikel ini. Setuju? Harus!
Sobat Rahimakumullah, satu-satunya jalan untuk menumbuhkan kepribadian
Islam kita adalah belajar. Yakni, belajar Islam dengan rutin dan
intensif biar mantap, gitu lho. Kenapa harus belajar? Karena dengan
belajar diharapkan kita bisa dapetin perubahan beberapa aspek, yakni
aspek kognitif alias ilmu pengetahuan (tadinya nggak tahu tentang Islam
jadi tahu banyak), aspek afektif alias perasaan atau emosi (tadinya
nggak mau mengenakan jilbab jadi mau mengenakan jilbab karena tahu
aturan dan hukumannya–pahala dan dosa), dan aspek psikomotorik alias
keterampilan (tadinya nggak bisa pake jilbab jadi mahir pakenya). Lagian
tutorialnya nggak ribet kok. Nggak kayak tutorial pake hijab yang ribet
seperti yang dipraktekkan komunitas hijaber yang lebih peduli fashion
ketimbang syar’i. Maaf lho. Bukan nuduh, tapi ngingetin aja. Oke?
So, mari kita belajar mengkaji Islam dengan rutin dan
intensif untuk membentuk kepribadian Islam kita. Rutin bisa seminggu
sekali, misalnya. Intensif berarti materinya berkesinambungan. Membentuk
kerangka berpikir yang utuh tentang Islam. Sehingga kita lebih mantap
karena tahu ilmunya. Nggak asal ikut-ikutan tren doang. Betul nggak sih?
So, jangan takut jadi pinter dan shaleh-shalihah ya!
Harus mau diatur sama Islam
Waduh, kalo kita nggak mau diatur sama Islam, kayaknya kudu pada
istighfar deh. Sori bukannya nakut-nakutin, tapi emang kenyataan kok.
Minta ampunan buruan sama Allah Ta’ala. Tobat gitu lho. Bener sobat,
sebab sebagai muslim maka tentu aja aturan kita cuma Islam. Bukan yang
lain. Soalnya nih, sungguh sangat aneh bin ajaib kalo kita ngaku-ngaku
muslim, tapi nggak mau diatur sama Islam. Aneh pula kalo kita
ngaku-ngaku cinta sama Islam tapi nggak menjadikan Islam sebagai aturan
hidup kita. Nggak menjadikan Islam sebagai cara hidup kita. Piye iki?
Itu sebabnya, rasa-rasanya kita pantas malu kalo ngaku-ngaku muslim
tapi gaul bebas dengan lawan jenis jadi kebiasaan kita, bahkan tradisi
turun-temurun. Padahal, itu dilarang lho dalam ajaran Islam. Kita juga
kudu malu kalo ngaku-ngaku muslim tapi kita doyan mengonsumsi narkoba
dan miras. Padahal, narkoba dan miras jelas barang haram untuk
dikonsumsi oleh seorang muslim. Jadi, aturan siapa yang kita pake? Hawa
nafsu kita atau aturan buatan manusia lainnya? Nyadar sobat, kalo kita
nggak mau hidup bersama Islam, buat apa kita nyandang predikat muslim.
Betul nggak?
Sobat seka
lian, terlalu banyak fakta yang bisa kita jadikan bahan
renungan tentang keberadaan kita sebagai muslim: apa kita udah
benar-benar ikhlas diatur sama Islam? Soalnya nih, kita bisa aja
ngaku-ngaku cinta sama Islam tapi pas praktiknya malah nggak mau diatur
sama Islam, karena lebih mentingin hawa nafsu kita. Buktinya, sholat
lima waktu aja banyak yang bolong-bolong melaksanakannya dengan banyak
alasan (terutama malas). Mungkin itu masih mending daripada nggak sama
sekali. Tapi yang jelas sih, tetep aja hal itu adalah perbuatan tercela.
Selain urusan sholat, juga kejujuran. Misanya nih, pas lagi ujian
malah nyontek. Padahal, kita diajarin untuk jujur dalam Islam. Belum
lagi kalo dalam urusan berpakaian. Banyak kaum muslimin sebenarnya dalam
urusan sholat taat bukan main, tapi pas berpakaian malah pake aturan
selain Islam. Jadinya ancur bukan main. Buktinya banyak kok remaja cewek
yang nggak mau pake jilbab dan kerudung kalo ke luar rumah dengan
banyak alasan. Nggak sedikit juga anak cowok yang kalo keluar rumah cuma
pake kolor doang, hingga lututnya dipamerin ke banyak orang dan udelnya
dibiarin tebar pesona. Padahal, semua itu udah ada aturannya dalam
Islam, yakni larangan memperlihatkan aurat di depan umum. Iya kan? Coba
deh kembali direnungkan: di mana kepribadian Islammu kamu letakkan?
Jangan sampe sesat dan menyimpang
Bro en Sis rahimakumullah, coba kita merenung sejenak en pikir-pikir
tentang keberadaan kita saat ini. Malu nggak sih kalo kita dapetin
predikat muslim dan seharusnya memiliki kepribadian Islam, sementara
kita nggak mau diatur sama aturan Islam? Padahal, dengan predikat muslim
itu kita jadi punya komunitas dan memiliki ciri khas. So, kalo
menjauh dari Islam dan aturannya, bukan tak mungkin kita bakalan sesat.
Termasuk nih, kalo kita menyimpang dari ajaran Islam karena nggak mau
diatur sama Islam, ada kemungkinan juga akhirnya celaka karena akan
dapetin azab Allah di akhirat nanti. Sumpah!
Firman Allah Ta’ala. tentang orang-orang yang sesat akibat menjauh dari kebenaran Islam: “Tidak
ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang
ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia
telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus.
Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS al-Baqarah [2]: 256)
Dalam ayat lain Allah Ta’ala menjelaskan: “Dan tidaklah patut
bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin,
apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada
bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa
mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat
yang nyata.” (QS al-Ahzab [33]: 36)
Nah, yang berkaitan dengan orang-orang yang menyimpang dari kebenaran Islam, Allah Swt. berfirman: “Dan
sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang taat dan ada (pula)
orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang taat, maka
mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus. Adapun
orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api
neraka Jahannam”. (QS al-Jin [72]: 14-15)
Sobat Sekalian, beberapa ayat yang dipaparin ini bukan cuma sekadar
informasi belaka apalagi sekadar dipamerin doang. Tapi emang kudu jadi
wawasan pengetahuan dan dipahami serta diamalkan dalam aktivitas
kehidupan kita. Soalnya rugi banget kalo kita cuma kenal Islam tapi
sebatas pengetahuannya aja, itu pun hanya untuk dapetin nilai bagus di
rapor atau transkrip nilai ijazah. So, sangat boleh jadi banyak
dari kita yang tahu cara sholat, tahu bilangan rokaat sholat sehari
semalam, tahu tentang ibadah zakat dan puasa, tahu juga bahwa al-Quran
adalah pedoman hidup kaum muslimin. Oke, secara teori kita boleh
dibilang mantep banget dah, tapi pelaksanaannya? Hmm.. nol besar. Why?
Karena kita nggak ngamalin tuh aturan.
“Waah, jangan nuduh kejam gitu dong,” teriak sebagian dari kamu
protes. Oke..oke.. sori deh. Mungkin ada juga sih di antara kita yang
ngamalin dan taat sama aturan Islam. But, dalam pelaksanaannya
malah setengah-setengah. Trus, nggak nutup kemungkinan juga kita
pilih-pilih aturan Islam. Mana aturan yang cocok dengan selera kita ya
diamalkan, kalo aturan Islam tuh nggak suka menurut ukuran kita ya
ditinggalin dah. Halah! Ati-ati deh, Bro!
Bro en Sis rahimakumullah, yuk kita cintai Islam sepenuh hati kita.
Jangan setengah-setengah, jangan pilih-pilih aturan, apalagi sampe nggak
taat sama sekali dengan seluruh aturan Islam. Jangan sampe deh. Kalo
sampe itu terjadi, kamu pantas dapetin pertanyaan: mana kepribadian
Islammu?
Dikutip dari https://osolihin.wordpress.com/2016/10/17/mana-kepribadian-islammu/[O. Solihin | Twitter @osolihin]